Sabtu, 20 Februari 2016

Nyi Mas Gandasari


Konsep karya ini melukiskan sosok ksatria dari Cirebon yang bernama Nyi Mas Gandasari, ia salah satu tokoh pahlawan yang berperan penting dalam membantu kemenangan pasukan kerajaan Cirebon, ketika ada perlawanan dari pasukan Raja Galuh.

Sang Hyang Ismaya


Konsep karya ini melukiskan sosok semar ketika masih menjadi dewa kahyangan yang bernama "Sang Hyang Ismaya". Digambarkan ketika berada di kahyangan, dengan suasana penuh keheningan.

Sabtu, 04 Juli 2015

Manunggal Dwi Mayapada



 

Konsep karya ini merupakan bentuk visual yang menceritakan sosok wayang yang asal mulanya merupakan bentuk bayangan yang dimainkan oleh dalang dengan lakon yang diceritakannya. Wayang pada karya ini divisualisasikan pada tiga bentuk, yaitu wayang pada lukisan kaca, wayang pada media kertas duplek, dan wayang pada bentuk bayangan. Dari situ kita melihat bahwa perkembangan wayang terdiri dari beberapa tampilan, seperti pada pagelaran wayang kulit kita bisa melihat bentuk wayang tampak dari depan yang dilihat hanya bentuk bayangan/ kreasi seni tatah sungging wayang, dari belakang layar kita bisa melihat bentuk tampilan wayang dari segi estetika warnanya, dan seiring perkembangan zaman kita bisa melihat bentuk visual wayang pada lukisan kaca. Oleh karena itu, bentuk visual wayang yang dibuat pada konsep karya ini mempunyai hubungan, baik dari segi visual, lakon, fungsi, dan sejarahnya. Pada karya ini menampilkan sosok wayang Semar yang dilukis pada kaca, sosok wayang Bima pada kertas duplek, dan sosok wayang Kumbakarna pada bentuk bayangan. Dari tokoh wayang tersebut telah mewakili tentang lakon yang biasa dimainkan oleh Dalang yaitu kisah Ramayana dan Mahabharata, sehingga mempunyai hubungan, dan Semar adalah salah satu tokoh wayang yang hanya ada di Indonesia, yang mempunyai peran untuk mendidik, mengajarkan kebaikan, mengingatkan kita pada rakyat kecil, karena Semar menyatu/manunggal dengan dua/dwi dunia/Mayapada yaitu di Bumi dan di Kahyangan ketika menjadi Dewa “Sang Hyang Ismaya”.
Penulis : Endang Adi Sutomo

Pengalaman Dalam Bidang Kesenirupaan Endang Adi Sutomo











Pengalaman Pameran (CV) 
Tahun 2015
  1. Pameran Seni Rupa Nusantara 2015 Art-Chipelago, di Galeri Nasional Indonesia, (Jl. Medan Merdeka Timur no.14, Jakarta). 
  2. Pameran Seni Rupa Wayang Silah, Exhibition Hall Balepare, (Kota Baru Parahyangan, Padalarang, Bandung). 
  3. Pameran Seni Rupa Karya Mahasiswa Indonesia 2015, “Nalar, Sensasi, Seni”, di Galeri Nasional Indonesia, (Jl. Medan Merdeka Timur no.14, Jakarta).
Tahun 2014                            
  1. Pameran “The Show Mask Go On”, Exhibition Hall Balepare, (Kota Baru Parahyangan, Padalarang, Bandung). 
  2. Pameran “LOC ART”, di Galeri Hidayat, (Jl. Sulanjana No. 36, Bandung). 
  3. Pameran dalam acara “HAJAT SENI RUPA”, di Jurusan Pendidikan Seni Rupa UPI Bandung, (Jl. Dr. Setiabudi No. 229 Bandung). 
  4. Peserta dalam pameran seni rupa Internasional LOCAL MOVEMENT, “ART EDU CARE #5”, di Taman Budaya Surakarta (TBS), UNS. 
  5. Pameran Studi Lukis III "TRAKTIK”, di Jurusan Pendidikan Seni Rupa UPI Bandung, (Jl. Dr. Setiabudi No. 229 Bandung).
Tahun 2013
  1. Pameran dan workshop “ART FOR EDUCATION” START LIGHT II, di Galeri Kita, (Jl. L.L.R.E. Martadinata No. 209 Bandung). 
  2. Pameran Kelompok, Colectif Painting "Prahyangan View" di Monash University, Australia. 
  3. Penghargaan Juara 3 Trophy Zafa Galeri, dalam pameran “HIMASRA ART AWARD 2013”, di Galeri Kita, (Jl. L.L.R.E. Martadinata No. 209 Bandung). 
  4. Peserta Pameran Buffalo Gathering #2 di UNESA Surabaya. 
  5. Peserta dalam pameran Komunitas Pensil Kertas “NGABANDUNGAN”, di SMA/SMK Bina Insan Mulia, (Jl. Suka Senang VI No. 27, Bandung). 
  6. Peserta dalam pameran seni rupa LPTK Se- Indonesia & Malaysia “ART EDU CARE #4”, di Taman Budaya Surakarta (TBS), UNS.
Tahun 2012 
  1. Penghargaan Juara 1 dalam kompetisi pameran “EDUCATION THROUGH THE ART”, dalam acara Reuni Akbar IKA SR UPI Bandung, (Jl. Dr. Setiabudi No. 229 Bandung).  
  2. Pameran dan workshop “ART FOR EDUCATION” START LIGHT I, di Galeri Kita, (Jl. L.L.R.E. Martadinata No. 209 Bandung). 
  3. Penghargaan Juara 1 Piala Popo Iskandar, dalam pameran “HIMASRA ART AWARD 2012”, di Griya Seni Popo Iskandar, (Jl. Dr. Setiabudi No. 268 Bandung).
Tahun 2011
  1. Peserta dalam pameran Seni Rupa di Cimahi, dalam acara “Gathering Space”.
Penulis : Endang Adi Sutomo

Selasa, 30 Juni 2015

"Marcapada-Indraloka" Karya Endang Adi Sutomo Tahun 2013


Karya ini dibuat dua lukisan yaitu dengan perpaduan gaya lukis abstrak dengan sentuhan tradisi. Teknik berkarya lukis abstrak ini menggunakan teknik gabungan antara bentuk abstrak geometris, dan abstrak  ekspresionis. Dengan teknik pengulangan (Unit Repetition), a line, and painting. 
Tema yang digunakan yaitu tentang penggambaran Dunia Alam Semesta, yang berkaitan dengan kehidupan di Bumi. Kehidupan yang mencakup jagat alam rayaatau dalam dunia pewayangan dengan istilah “Alam Marcapada” (alam dunia) dengan “Alam Indraloka” (alam kahyangan), juga dengan sebutan tentang gambaran dunia mikrokosmos dan dunia makrokosmos.
Unsur rupa di dalam karya ini terdapat sentuhan teknik painting atau warna dengan ada bentuk gradasi, terdapat garis sebagai refleksi berkarya dan bidang seperti bentuk geometris, bentuk segitiga, lingkaran, dan bujur sangkar. Perpaduan berbagai teknik saya coba agar mendapat kesan seperti sebuah proses kejadian fenomena alam ini. Segala sesuatu yang muncul itu berawal dari sebuah proses, tatkala seperti budaya dan tradisi yang berkembang. Di sisi ini pula saya mencoba mengangkat seni lukis kaca yang dulu sebagai tradisi, namun kini bisa dicoba dengan ada keterpaduan tradisi dan seni modern. Itu semua sebagai naluri dan refleksi saya akan perasaan tentang gambaran kejadian proses alam ini, yang terbagi atas alam marcapada dan alam indraloka. Yang intinya semua perbedaan ruang itu sama-sama saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Begitu juga dengan budaya dan tradisi, entah itu dari mana berasal namun manusia sebagai makhluk hidup akan selalu merespon, mengkritisi yang toh pada hakikatnya itu adalah pencapaian adanya perubahan “proses hidup” baik ke ranah yang besar maupun kecil.
Penulis : Endang Adi Sutomo

Sabtu, 27 Juni 2015

Karya 7 : Di Pelaminan Impian


        Langit seakan berubah menjadi agak gelap untuk berganti malam hari, suasana di Palagan Bubat makin sepih, Sang Puteri telah pergi untuk selamanya. Pada kisah ini langit senja dan palagan bubat telah menjadi saksi bela pati Sang Puteri Ayu dari negeri Sunda Galuh. Melihat kabar kekacauan yang telah terjadi di Bubat, segeralah Prabu Hayam Wuruk datang, ia kaget dengan melihat mayat-mayat para prajurit serta senjata-senjata yang masih berserakan, dan darah yang berceceran dari tubuh para prajurit yang gugur.
       Sang Prabu seakan tak mampu melihat keadaan di sekitarnya, dan teringat akan Sang Puteri, ia segera menuju ke arah perkemahan Sang Puteri. Dari kejauhan betapa kagetnya, ternyata melihat sosok Sang Puteri yang berhiaskan mahkota dengan pakaian putih sedang dalam keadaan terkulai. Sang Prabu langsung mendekatinya, dan ternyata itu adalah mayat Puteri Citraresmi, calon prameswarinya. Sang Prabu langsung memeluknya, menangis, dan meratapi atas kepergiannya, ia tidak menyangka kalau Sang Puteri melakukan bunuh diri seperti para dayang-dayang lainnya. Hati Sang Prabu kini begitu sakit, ia merasa bersalah pada Maharaja Prabu Linggabuana, atas janjinya yang tidak ditepati, yang tujuannya untuk acara pernikahan di Majapahit, tetapi malah terjadi suatu pertumpahan darah.
         Penulis : Endang Adi Sutomo