Langit seakan berubah menjadi agak gelap
untuk berganti malam hari, suasana di Palagan Bubat makin sepih, Sang Puteri
telah pergi untuk selamanya. Pada kisah ini langit senja dan palagan bubat
telah menjadi saksi bela pati Sang Puteri Ayu dari negeri Sunda Galuh. Melihat
kabar kekacauan yang telah terjadi di Bubat, segeralah Prabu Hayam Wuruk
datang, ia kaget dengan melihat mayat-mayat para prajurit serta senjata-senjata
yang masih berserakan, dan darah yang berceceran dari tubuh para prajurit yang
gugur.
Sang
Prabu seakan tak mampu melihat keadaan di sekitarnya, dan teringat akan Sang
Puteri, ia segera menuju ke arah perkemahan Sang Puteri. Dari kejauhan betapa
kagetnya, ternyata melihat sosok Sang Puteri yang berhiaskan mahkota dengan
pakaian putih sedang dalam keadaan terkulai. Sang Prabu langsung mendekatinya,
dan ternyata itu adalah mayat Puteri Citraresmi, calon prameswarinya. Sang
Prabu langsung memeluknya, menangis, dan meratapi atas kepergiannya, ia tidak
menyangka kalau Sang Puteri melakukan bunuh diri seperti para dayang-dayang
lainnya. Hati Sang Prabu kini begitu sakit, ia merasa bersalah pada Maharaja Prabu
Linggabuana, atas janjinya yang tidak ditepati, yang tujuannya untuk acara
pernikahan di Majapahit, tetapi malah terjadi suatu pertumpahan darah.
Penulis : Endang Adi Sutomo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar