Kehidupan yang sebenarnya dimulai sejak
lahirnya si jabang bayi ke dunia, begitupun awal mula kisah Puteri Citraresmi
dari anak seorang Raja Sunda Galuh yang terkenal adil dan bijaksana, sehingga
terkenal di seluruh Nusantara. Keelokan wajah yang berparas cantik jelita,
serta berbudi luhur seakan menjadi kembang keratonnya Surawisesa, menjadi
dambaan kekasih orang tuanya, kebaikan hatinya menjadi penghias negeri Sunda
Galuh yang sejahtera.
Puteri Ayu Sunda
Galuh menjadi lambang kesetiaan, kebaikan, dan membawa suasana sejuk bagaikan
di tamansari yang seindah nirwana, tak ada rasa takut, cemas, khawatir,
semuanya serasa begitu indah dan tenang. Puteri Citraresmi dikenal juga sebagai
Dyah Pitaloka, ia dilahirkan di lingkungan keraton Surawisesa di Kawali,
Ciamis, pada tahun 1261 Saka (1339 Masehi). Ia adalah anak Maharaja Prabu
Linggabuana dengan isterinya bernama Dewi Lara Linsing, ia mendapat sebutan
sebagai sosok Puteri Sunda, karena dari silsilahnya, darah yang mengalir pada
Puteri Citraresmi berasal dari dua sumber, Galuh dari ayahnya, dan Sunda dari
ibunya.
Sejak terlahir ke dunia, sudah tampak
tanda-tanda kecantikan pada diri Puteri Citraresmi, bahkan sejak berangkat usia
remaja umur 18 tahun, kecantikannya sudah menjadi bahan pembicaraan para Raja
se-Nusantara. Properti busana yang dikenakan Sang Puteri juga menandakan bahwa
ia merupakan anak seorang Raja, mahkota yang
dipakai sebagai penghias untuk menutupi bagian atas kepala, dengan rambut yang
terurai panjang bergelombang, mengenakan kemben warna hitam, selendang, dan samping warna cokelat
sebagai pakaian kesehariannya ketika berada di lingkungan keraton Surawisesa,
Sunda Galuh.
Sang Puteri juga selalu diajarkan tentang
ilmu pengetahuan dan agama, bagaimana cara bersikap yang baik, berperilaku yang
baik, ucapan yang baik, yang diajarkan oleh keluarganya, sehingga dalam keadaan
apapun ia tetap akan menjaga nama baik, dan menjaga kehormatan keluarga, dan negerinya.
Kesetiaannya begitu besar untuk menjadi kebanggaan hati orang tuanya, ia begitu
patuh pada perintah orang tuanya, dan siap rela berkorban demi orang tuanya,
sebagai bentuk bakti seorang anak kepada orang tuanya.
Penulis : Endang Adi Sutomo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar